
Masih terbayang jelas dalam anganku ketika bersama-sama pergi kesuatu tempat dengan berboncengan sepeda motorku, hingga ditengah jalan ban sepeda motor kempes akibat habis melindas paku, Almarhumlah yang menuntun sepeda motorku hingga sampai jarak sekitar 1 KM dari tempat kempesnya ban. Saya mencoba untuk menawarkan tenaga agar bergantian menuntun motor tersebut tapi almarhum menolak tawaran tersebut dan mengatakan masih kuat untuk menuntun meskipun jarak yang dilalui sudah 1 KM lebih, di kepala masih ada memori lain..lain.. dan lain lagi banyak yang masih “tersangkut” di otakku mengenang masa-masa bersama Almarhum. Tersadar dari lamunan saya lihat di YM ada message lagi -masih dari teman tersebut- menanyakan apakah saya mempunyai waktu untuk menghadiri tahlilal bersama dia? Tanpa pikir panjang saya langsung meng’iya’kan ajakan tersebut untuk “janjian” langsung ketemuan dirumahnya (rumah Almarhum) dan juga saya akan menghubungi sahabat-sahabat lain untuk ikut bergabung bersama saya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 18.00, rasa penat sehabis seharian dikantor masih menggelayuti badanku, namun dengan semangat yang besar saya bergegas ganti baju dan langsung tancap gas –sebelumnya juga sudah mandi dulu tentunya- menuju rumah Aga, perjalalan dari rumah saya ke rumah Almarhum Aga sekitar 30 menit, saya pikir pas sampai disana karena “janjian” dengan teman lainnya untuk bertemu pukul 18.30 WIB. Dengan sedikit memacu laju motor akhirnya sampailah dirumahnya, saya pikir sudah terlambat dengan teman-teman lain yang mestinya sudah datang duluan, tapi ternyata saya datang lebih dulu dibanding teman-teman lain. Sambil mencari tampat yang pas untuk motorku, saya bergumam dalam hati “dasar orang Indonesia, dari dulu tak pernah tepat waktu, selalu jam “karet”, lho..lho.. saya juga kan orang Indonesia, wah.. sampai lupa nih..”setelah mengunci motor dengan baik, saya saya berjalan ke teras rumah, keadaan masih sepi, tapi setelah didepan pintu dan siap mengucapkan salam, barulah terdengar olehku suasana yang agak gaduh diruangan tengah dan dapur, rupanya keluarga Almarhum tengah melakukan persiapan akhir manjelang tamu undangan yang sebentar lagi datang. “Assalamualaikum….” Ucapku sembari agak melongok ke dalam dengan harapan salamku didengar oleh salah satu keluarga Aga, tetapi rupanya merka tidak mendengar dan sedang asyik meneruskan pekerjaannya. “Assalamualaikum..” kataku lagi kali ini dengan suara agak keras. Akhirnya salah satu keluarganya keluar menemui aku yang ternyata adalah ibunya, sambil berjalan keluar menjawab salamku ibu terlihat sudah tua, guratan wajahnya terlihat bahwa Dia seorang pekerja keras yang ulet.
Dengan sedikit memandangi wajahku rupanya ibu ini ingin mengingat-ngigat namaku agar ketika menyebut nanti tidak keliru dengan nama orang lain. Paling tidak Ibunda Aga ini tidak ingin mengecewakan tamunya ini karena dianggap sudah lupa dengan nama teman-teman dari anaknya.maklum, sudah bertahun-tahun saya juga tidak bisa bertandang ke rumah Almarhum dikarenakan kesibukan yang semakin tinggi. Agaknya si Ibu ini sedang berpikir keras untuk dan tidak ingin terlalu lama mendiamkan saya. Kata yang pertama kali terucap ketika menyapa saya adalah ohhh… kamu Wito, silahkan masuk….” Wah, namaku yang sebenarnya Lukito dibilanganya Wito.. gimana ini?? Memang ada teman sekelas lainnya yang bernama “wito” lengkapnya Suwito Budi. Dia juga saya SMS untuk datang, mungkin nama yang terucap terbalik dengan nama “Wito”, ya.. tak apalah…. Namanya orang tua, mungkin saya juga nanti dengan bertambahnya umur maka semakin berkurang memori yang ada di otak kita. Maklum. (bersambung)
ditulis oleh Lukito di http://www.smax-sby-forum.org
Post a Comment